Sifat-sifat Orang-orang Munafik
Cara Menghadapi orang-orang Munafik
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim (QS Al-Fatihah, 1:1)
Sifat Manusia Menurut Al-Qur’an
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim (QS Al-Fatihah, 1:1)
20. “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,”
21. “dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,”
22. “kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,”
23. “yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,”
24. “dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,”
25. “bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),”
26. “dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,”
27. “dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.”
28. “Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).”
29. “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,”
30. “kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.”
31. “Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.”
32. “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”
33. “Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.”
34. “Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.”
35. “Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.”
Sifat-sifat manusia yang tercela
34. “sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu).”
36. “Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.”
Status Allah Swt Saat Ini
Aku Cinta Al-Quran
Bung Karno, sang Proklamator Kemerdekaan Republik tercinta ini, dulu pernah berkata : “Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.”
Di dalam Al-Qur’an pun terkandung sejarah peradaban manusia, pergulatan antara yang haq melawan yang batil. Yakni sejarah kaum terdahulu, juga termasuk kisah para nabi dan rosul. Hal itu dapat dijadikan cermin bagi kita. Sehingga kita terhindar dari kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang sesat. Kita pun bisa meneladani amal saleh para nabi dan orang-orang yang mendapat petunjukNya.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS 12:111)
Al-Qur’an itu bukan karangan manusia, melainkan dari Allah Swt. Sebagi Wahyu yang merupakan firman Allah Swt, Al-Qur’an benar-benar suci dan selalu terjaga kemurniannya. Sehingga tiada alasan untuk mengingkarinya.
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
Dengan cahaya Al-Qur’an Allah Swt memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, agar bisa meniti ke jalan yang benar.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS 42:52)
Salah satu pelajaran yang bisa kita petik dari Al-Qur’an, misalnya contoh menguburkan mayat. Kisahnya, pada saat Qabil bin Adam As. bingung bagaimana menyembunyikan mayat saudaranya, datanglah contoh dari burung gagak.
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS Al-Maa’idah, 5:31)
Demikianlah contoh yang diberikan Tuhan kepada manusia agar mendapat hikmahnya. Semuanya itu merupakan tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang beriman.
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS Al-Mu’min, 40:58)
Jadi kalau kita tidak bisa mengambil pelajaran, suri tauladan dan petunjuk dari Al-Qur’an, sama halnya kita dengan orang buta. Tidak bisa melihat apa-apa, walau pun kita punya mata. Naudzubillah min dzalik, semoga kita terhindar dari perbuatan yang dimurkai Tuhan.
Kaum Tsamud
Kaum Tsamud
Ciri-ciri peradaban:
- Pengganti kaum 'ad
- Mendirikan istana di tanah datar
- Memahat gunung untuk dijadikan rumah dengan rajin
- Memotong batu-batu besar di lembah
- Tinggal di kebun serta mata air
- Menyembah apa yang disembah oleh nenek moyangnya ( 11: 62)
(7: 74)(15: 82)(26: 146-149)( 89: 9)
Penyebab Mereka di hancurkan:
- Shaleh diutus kepada kaum tsamud,untuk mengajak bertakwa dan mencegah manusia membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan. Di datangkanlah seekor unta betina (Naaqotun) sebagai mukjizat.ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kaum tsamud mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar. Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal. maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (26: 152-158)
- Di kota itu ada 9 orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi dan mereka tidak berbuat kebaikan. Mereka mengadakan makar dengan mengatakan:"Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar." (27: 46-49)
- Para pemuka kaum 'ad yang sombong mengingkari Shaleh As
- Mereka sembelih Unta betina itu. Karena itu mereka ditimpa gempa(Rojfatu), maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan(Jatsimin) di tempat tinggal mereka.
(7: 75-77)(26: 141-158)
- Maka mereka memanggil kawannya lalu kawannya menangkap unta itu dan membunuhnya. (54: 29)
Adzab Yang ditimpakan:
- kaum tsamud diberi tangguh selama tigahari sebelum ditimpa azab (11: 65)
- Mereka sembelih Unta betina itu. Karena itu mereka ditimpa gempa(Rojfatu), maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan(Jatsimin) di tempat tinggal mereka.
(7: 75-77)
- Penduduk kota hijr dibinasakan dengan suara keras yang menguntur di waktu pagi.Maka tak dapat menolong mereka, apa yang telah mereka usahakan. (15: 84)
- Tsamud di azab dengan petir (Sho'iqotu) dan mereka melihatnya. Maka mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula mendapat pertolongan. ( 51: 45)
- Rumah-rumah kaum tsamud runtuh akibat kezaliman mereka. (27: 52)
- Alangkah dasyatnya azab itu. Mereka dtimpa satu suara yang keras dan mengguntur.Maka jadilah mereka seperti rumput kering yang dikumpulkan oleh orang yang memiliki kandang binatang.(54: 31)
- hanya Shaleh beserta Orang yang beriman bersamanya yang diselamatkan. (11: 66).
(Sumber : Al Qur'an Digital)
Read more: Kaum Tsamud - IslamWiki http://islamwiki.blogspot.com/2010/06/kaum-tsamud.html#ixzz1LB9mHEaR
Under Creative Commons License: Attribution
Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas
Kubah Habib Umar bin Abdurrahman Al Attos Kita tentu tidak asing lagi dengan Ratib Al athos yang selalu dibaca baik itu di majelis-majelis ta’lim maupun diamalkan secara individu. Rotib AL athos adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin Abdurrahman Al Athos. Beliau adalah seorang ulama besar yang lahir di Hadromaut, Yaman pada tahun 992 H atau 1572 M di kota Isnat. Ayah beliau bernama Al Habib Abdurrahman bin aqil dan Ibunya bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri. Karamah kewalian Habib Umar bin abdurrahman Al Attas sudah nampak sejak beliau dalam kandungan ibunya, janin tersebut bersin dan tentu ini adalah sesuatu diluar kebiasaan manusia pada umumnya, sehingga beliau mendapat gelar “Al Attas (orang yang bersin). Sejak kecil Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas sudah mengalami kebutaan, namun tidak mengurangi semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau belajar dari ayahnya dan ulama-ulama setempat lainnya, seperti Syekh Umar bin Isa, Syekh Abu Bakar bin Salim dan Habib Husein bin Syekh Abubakar bin Salim. Beliu juga membuka ta'lim dengan mengajarkan ilmu agama. Dakwahnya pun menyebar ke segenap penjuru Hadramaut.
Belakangan, ia dikenal sebagai seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang tidur. Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?” tanyanya. ”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas telah berdakwah sampai ke sana.
Syekh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya, bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik. Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf. ”Nama Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul Manal wa Fathu Babil Wishal," alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan” – yang dibelakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al Attas. Habib Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan didalam ratib itu.”
Melindungi Kota
Menurut Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al Attas lebih tua dibanding Ratib Al Haddad. Ratib Al Haddad disusun pada 1071 H / 1651 M oleh Habib Abdullah Al Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al Attas disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun, seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau secara berjamaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Attas atau Ratib Al-Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada segenap penduduk.
Makam Habib Umar bin Abdurrahman Al Attos Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam ratib-ratib tersebut antara lain terdapat shalawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan istigfar. Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al Attas menyatakan bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka, jika pada suatu hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya. Betapa hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika suatu hari seorang ulama, Syekh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidil Haram, Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar. Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya, ”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.” Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H / 1652 M, dan jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadromaut yaman.